Thursday, December 30, 2010

Izinkan Aku Cuti Dari Dakwah Ini, Boleh tak???? Pleaze!!!!!!!!! Malaz la??

Jalanan ibukota masih saja ramai hingga larut malam ini, dengan kendaraan yang terus berlalu lalang, juga dengan kehidupan manusia-manusia malam yang seakan tidak akan pernah mati.

Namun kini hatiku tak seramai jalanan di kota ini. Sunyi. Itulah yang sedang kurasakan. Bergelut dengan aktifitas dakwah yang menyita banyak perhatian, baik tenaga, harta, waktu dan sebagainya, seakan menempa diriku untuk terus belajar menjadi mujahid tangguh.

Tapi kini, hatiku sedang dirundung kegalauan. Galau akan saudara-saudaraku dalam barisan dakwah yang katanya amanah, komitmen, bersungguh-sungguh namun seakan semua itu hanyalah teori-teori dalam pertemuan mingguan.

Hanya dibahas, ditanya jawabkan untuk kemudian disimpan dalam catatan kecil atau buku agenda yang sudah lusuh hingga pekan depan mempertemukan mereka lagi, tanpa ada amal perbaikan yang lebih baik. Ya… Mungkin itu yang ada dibenakku saat ini tentang su’udzhan-ku terhadap mereka, setelah seribu satu alasan untuk ber-husnudzhan.


Kini kutermenung kembali akan hakikat dakwah ini. Sebenarnya apa yang kita cari dari dakwah? Dimanakah yang dinamakan konsep amal jama'i yang sering diceritakan indah? Apakah itu hanya pemanis cerita tentang dakwah belaka? Apakah ini yang disebut ukhuwah?

Sering terlontarkannya kata-kata "Afwan akh, ana gak bisa bantu banyak…" atau sms yang berbunyi "Afwan akh, ana gak bisa datang untuk syuro malam ini…" atau kata-kata berawalan "Afwan akh…" lainnya dengan seribu satu alasan yang membuat seorang akh tidak bisa hadir untuk sekedar merencanakan strategi-strategi dakwah kedepannya.

Kalau memang seperti itu hakikat dakwah maka cukup sudah, "Izinkan aku untuk cuti dari dakwah ini, mungkin untuk seminggu, sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Lebih baik aku konsenstrasi dengan studiku yang kini sedang berantakan, atau dengan impian-impianku yang belum terpenuhi, atau dengan lebih memperhatikan ayah dan ibuku yang sudah semakin tua, toh tanpa aku pun dakwah tetap berjalan, bukan???"



Sahabat-sahabatku…

Memang dalam dunia dakwah yang sedang kita geluti seperti sekarang ini, tidak jarang kita mengalami konflik atau permasalahan-permasalahan. Dari sekian permasalahan tersebut terkadang ada konflik-konflik yang timbul di kalangan internal aktivis dakwah sendiri.

Pernah suatu ketika dalam aktivitas sebuah barisan dakwah, ada seorang ikhwan yang mengutarakan sakit hatinya terhadap saudaranya yang tidak amanah dengan tugas dan tanggungjawab dakwahnya. Di lain waktu di sebuah lembaga dakwah kampus, seorang akhwat "minta cuti" lantaran sakit hatinya terhadap akhwat lain yang sering kali dengan seenaknya berlagak layaknya seorang bos dalam berdakwah.

Pernah pula suatu waktu seorang kawan bercerita tentang seorang ikhwan yang terdzalimi oleh saudara-saudaranya sesama aktifis dakwah. Sebuah kisah nyata yang tak pantas untuk terulang namun penuh hikmah untuk diceritakan agar menjadi pelajaran bagi kita.

Ceritanya, di akhir masa kuliahnya sebut saja si X (ikhwan yang terdzalimi) hanya mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang terlalu lama, enam tahun. Sedangkan di lain sisi, teman-temannya sesama (yang katanya) aktifis dakwah lulus dalam waktu empat tahun.

Singkat cerita, ketika si X ditanya mengapa ia hanya mampu lulus dalam waktu enam tahun sedangkan teman-temannya lulus dalam waktu empat tahun? Apa yang ia jawab? Ia menjawab "Aku lulus dalam waktu enam tahun karena aku harus bolos kuliah untuk mengerjakan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan oleh saudara-saudaraku yang lulus dalam waktu empat tahun."

Subhanallah… di satu sisi kita merasa bangga dengan si X, dengan militansinya yang tinggi beliau rela untuk bolos dan mengulang mata kuliah demi terlaksananya roda dakwah agar terus berputar dengan mengakumulasikan tugas-tugas dakwah yang seharusnya dikerjakan teman-temannya. Namun di sisi lain kita pun merasa sedih, sedih dengan kader-kader dakwah (saudara-saudaranya si X) yang dengan berbagai macam alasan duniawi rela meninggalkan tugas-tugas dakwah yang seharusnya mereka kerjakan.

Sahabat….

Semoga kisah tersebut tidak terulang kembali di masa kita dan masa setelah kita, cukuplah menjadi sebuah pelajaran berharga….

Semoga kisah tersebut membuat kita sadar, bahwa setiap aktifitas yang di dalamnya terdapat interaksi antar manusia, termasuk dakwah, kita tiada akan bisa mengelakkan diri dari komunikasi hati...

Ya, setiap aktifis dakwah adalah manusia-manusia yang memiliki hati yang tentu saja berbeda-beda. Ada aktifis yang hatinya kuat dengan berbagai macam tingkah laku aktifis lain yang dihadapkan kepadanya. Tapi jangan pula kita lupa bahwa tidak sedikit aktifis-aktifis yang tiada memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi tingkah pola aktifis dakwah lain yang kadang memang sarat dengan kekecewaan-kekecewaan yang sering kali berbuah pada timbulnya sakit hati. Dan kesemuanya itu adalah sebuah kewajaran sekaligus realita yang harus kita pahami dan kita terima.


Namun apakah engkau tahu wahai sahabat-sahabatku?

Tahukah engkau bahwa seringkali kita melupakan hal itu? Seringkali kita memukul rata perlakuan kita kepada sahabat-sahabat kita sesama aktifis dakwah, dengan diri kita sebagai parameternya. Begitu mudahnya kita melontarkan kata-kata "afwan", "maaf" atau kata-kata manis lainnya atas kelalaian-kelalaian yang kita lakukan, tanpa dibarengi dengan kesadaran bahwa sangat mungkin kelalaian yang kita lakukan itu ternyata menyakiti hati saudara kita.

Dan bahkan sebagai pembenaran kita tambahkan alasan bahwa kita hanyalah manusia biasa yang juga dapat melakukan kekeliruan. Banyak orang bilang bahwa kata-kata "afwan", "maaf" dan sebagainya akan sangat tak ada artinya dan akan sia-sia jika kita terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama.

Wahai sahabat-sahabatku yg dirahmati Allah sekalian

Memang benar bahwasanya aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, bukan malaikat, sehingga tidak luput dari kelalaian, kesalahan dan lupa. Tapi di saat yang sama sadarkah kita bahwa kita sedang menghadapi sosok yang juga manusia biasa? bukan superman, bukan pula malaikat yang bisa menerima perlakuan seenaknya. Sepertinya adalah sikap yang naif ketika kesadaran bahwa aktifis dakwah hanyalah manusia biasa, hanya ditempelkan pada diri kita sendiri.

Seharusnya kesadaran bahwa aktifis dakwah adalah manusia biasa itu kita tujukan juga pada saudara kita sesama aktivis dakwah, bukan cuma kepada kita sendiri. Dengan begitu kita tidak bisa dengan seenaknya berbuat sesuatu yang dapat mengecewakan, membuat sakit hati, yang bisa jadi merupakan sebuah kezhaliman kepada saudara-saudara kita.

Sahabat…

Adalah bijaksana bila kita selalu menempatkan diri kita pada diri orang lain dalam melakukan sesuatu, bukan sebaliknya. Sehingga semisal kita terlambat atau tidak bisa datang dalam sebuah aktivitas dakwah atau melakukan kelalaian yang lain, bukan hanya kata "afwan" yang terlontar dan pembenaran bahwa kita manusia biasa yang bisa terlambat atau lalai yang kita tujukan untuk saudara kita.

Tapi sebaliknya kita harus dapat merasakan bagaimana seandainya kita yang menunggu keterlambatan itu? Atau bagaimana rasanya berjuang sendirian tanpa ada bantuan dari saudara-saudara kita? Sehingga dikemudian hari kita tidak lagi menyakiti hati bahkan menzhalimi saudara-saudara kita.

Sehingga kata-kata “Akhi… Ukhti… Izinkan aku cuti dari dakwah ini” tidak terlontar dari mulut saudara-saudara kita sesama aktifis dakwah.

ingatlah ayat ni :“sebenarnye orang-orang beriman itu adalah bersaudara maka damaikan lah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat” (surah al-hujurat ayat 10)

smile alwayz :)

Tuesday, December 28, 2010

MARATHON : Nak Buat Apa Sekarang?

Baru balik dari Jums yang menghujankan macam-macam permasalahan orang Islam di Malaysia.Kalau ada yang bertanya, apa yang perlu kami buat dengan kesedaran yang kami dah dapat, ini jawapannya.

***

al Amal
Apa Yang Saya Maksudkan Dengan Amal: Amal ialah hasil yang diperolehi daripada ilmu dan ikhlas.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
[at Taubah, 9:105]

Peringkat kerja yang perlu dilakukan oleh saudara yang jujur ialah:
1. Memperbaiki diri sendiri sehingga dia memiliki tubuh yang kuat, akhlak yang mantap, berpendidikan, mampu berdikari, akidah yang sejahtera, ibadah yang betul, bermujahadah melawan diri, menjaga masa, segala urusannya tersusun dan berguna kepada orang lain. Semua ini wajib bagi saudara semua.

2. Pembinaan keluarga muslim. Mendidik ahli keluarganya supaya menghormati gagasannya. Memelihara setiap adab Islam dalam setiap sudut hidup berumahtangga. Teliti ketika memilih isteri. Didik isteri tentang hak dan tanggungjawabnya. Didik anak dan pengasuh dengan baik dan besarkan mereka berdasarkan prinsip Islam. Ini juga wajib bagi saudara semua.

3. Membimbing masyarakat dengan cara mengembangkan aspek yang baik dalam masyarakat. Menghapuskan segala amalan yang tidak baik di samping menggalakkan amalan yang baik. Menyuruh masyarakat melakukan perkara yang baik. Bertindak segera melakukan kebajikan. Menagih sokongan masyarakat supaya berpihak kepada gagasan Islam. Sentiasa berusaha menyemai budaya masyarakat menurut budaya Islam. Semua ini wajib dilakukan oleh saudara semua dan oleh jamaah sebagai badan pelaksana.

Monday, December 20, 2010

Kerana Di Situlah Keindahan Hidup

Sering saya ungkapkan takdir sentiasa mengatasi tadbir. Justeru takdir itu daripada Allah Yang Maha Perkasa manakala tadbir daripada manusia yang lemah tidak berdaya.

Namun itu bukan bererti kita lemah dan pasrah... jadi "Jabariah" dalam hidup itu.

Atau mengaku super hingga terjebak dalam "Qadariah" ketika merasakan diri bebas daripada ikatan Allah.

Kita umat pertengahan - ahli sunnah yang gigih mengatur sebaik tadbir, sekali gus menghulur setulus doa untuk dikurniakan Allah sebaik takdir!

Sejak awal tahun lagi saya ditakdirkan banyak bersama remaja. Daripada anak-anak sendiri, mahasiswa IPTA dan IPTS , ekskutif, usahawan sehinggalah pengacara TV.

Banyak yang saya sampaikan dan banyak juga yang saya belajar.

Saya bersyukur kerana jiwa jadi lebih dinamik dan bertenaga ketika diterjah oleh pelbagai persoalan oleh mereka.

Antara soalan yang kerap ditanyakan ialah apa yang hendak kita lakukan apabila ada sahaja yang tidak kena dalam hidup ini.

Ada ketika-ketikanya, kita terasa apa yang dibuatnya serba tidak kena.

Pada hari, minggu atau bulan yang malang itu, kecelakaan seolah-olah datang timpa menimpa.

Bangun Subuh lewat, baca Quran luput, solat resah, dimarahi oleh bos, duit gaji lambat, bergaduh dengan kawan, tayar motosikal meletup dan macam-macam lagi.

Jadi, kalau demikian halnya, apa yang sebenarnya tidak kena?

Dan bagaimana hendak membetulkan keadaan? Hendak bermula dari mana? Wah, pening kepala dibuatnya.
Ubah keadaan luaran atau ubah diri sendiri?

Mungkin anda juga pernah mengalami situasi begini, dan tentu sahaja kita tercari-cari panduan bagaimana hendak membetulkan semula semua keadaan yang bercelaru itu?

Dalam apa jua keadaan, remaja hendaklah faham bahawa bila keadaan tidak seperti yang diingini, langkah kita bukanlah mengubah keadaan itu tetapi terlebih dahulu mengubah diri kita sendiri.

Ramai orang tersilap, justeru mereka hendak mengubah keadaan luaran sebelum mengubah diri sendiri.

Sunahtullahnya tidak begitu.

Dalam apa jua kondisi, mengubah diri itu perlu diutamakan kerana itulah yang akan mengubah keadaan yang kita hadapi.

Jadi, apabila berdepan dengan masalah kewangan, dimarah ayah-ibu, tayar motor yang meletup, bergaduh dengan kawan-kawan... hendaklah diingat, ubahlah diri kita sebelum cuba mengubah perkara-perkara yang di luar diri kita.

Pertama, remaja perlulah memahami bahawa kehidupan ini disusun dengan satu peraturan yang sangat rapi dan saling berkait rapat antara satu sama lain.

Peraturan ini dinamakan Sunnatullah.

Barat menamakannya 'law of nature'. Hukum Sunnatullah ini juga dikenali sebagai 'cause and effect' (sebab dan akibat).

Hukum ini bukan sahaja berlaku dalam bidang fizik, biologi, ekonomi dan lain-lain.

Malah ia juga berlaku dalam putaran kehidupan. Allah swt telah mengaturkan bahawa setiap akibat yang berlaku mesti mempunyai sebab atau punca.

Jika seseorang itu bersedih, tentu terdapat sebab-sebab yang menyebabkan dia bersedih.

Jika dia gembira, tentu terdapat sebab-sebab yang menyebabkan kegembiraan itu.

Oleh itu jika kita dapati kehidupan kita seperti serba tidak kena, maka hendaklah kita akui bahawa mesti terdapat sesuatu sebab yang menyebabkan keadaan yang serba tidak kena itu.

Sebelum mencari di mana penyebabnya, kita hendaklah terlebih dahulu mengakui akan ujudnya penyebab itu.
Membuang sikap ego

Tidak mungkin kita akan menemui sesuatu yang kita cari jika kita menafikan akan kewujudannya.

Jadi, langkah awal mengubat sesuatu yang tidak kena ini ialah membuang sikap ego.

Maksud ego di sini ialah kita mengatakan atau menganggap tiada 'penyebab-penyebab' pada keadaan yang serba tidak kena itu.

Ramai antara kita yang merasa ego, dengan berkata, "entahlah... saya tidak tahu apa yang tidak kena lagi, semuanya sudah saya lakukan, tapi gagal juga.

Dah nasib..." Atau ada yang berkata, " tak mungkin jadi begini, semuanya sudah ok sejak mula, tiba-tiba sahaja jadi begini?"

Cakap-cakap yang seumpama ini sungguhpun biasa kita dengar namun, jika diteliti ia jelas bermaksud yang penuturnya seolah-olah tidak mahu mengakui ada kesalahan yang menyebabkan sesuatu yang negatif berlaku.

Ada juga orang yang mengakui adanya penyebab-penyebab tertentu tetapi penyebab itu adalah orang lain. Bukan dirinya. Ini juga satu petanda ego.

"Saya tidak salah, yang salah bapa saya, kawan saya, motor saya..." Ketahuilah, sikap reaktif ini tidak akan menyelesaikan masalah.

Bahkan akan menambah masalah. Apa yang perlu kita cari ialah kesalahan diri kita sendiri.
Kehidupan kita, pilihan kita

Kita tidak boleh terus menyalahkan orang lain di atas apa yang menimpa kita. Hidup kita adalah tanggung jawab kita justeru apa yang berlaku dalam kehidupan adalah pilihan kita sebenarnya.

Orang boleh menimpakan sesuatu ke atas kita, hanya apabila kita 'mengizinkan' ia berlaku. Yang menyebabkan kita susah hati, bukan kemarahan teman-teman, tetapi apabila kita mengizinkan kemarahan teman itu menyusahkan diri kita.

Secara pro-aktif, kita boleh memilih respon kita pada sebarang situasi dalam hidup... Bila dimarahi, kita boleh memilih untuk sabar dan berdiam diri, atau marah dan bertindak-balas... terpulang!

Kitalah yang menjadi penyebab utama kepada berlakunya sesuatu akibat.

Kita perlu mengetahui, mengetahui dan mencari kesalahan itu dalam diri sendiri.

Oleh itu, bila ditimpa masalah maka muhasabah tentang perlakuan kita di semua dimensi.

Dimensi hubungan kita dengan Tuhan, manusia, pekerjaan, kewangan, kesihatan, tanggung jawab dan peranan yang telah diamanahkan bagi kita melaksanakannya.

Telitilah terlebih dahulu soal-soal besar dalam hidup kita tetapi jangan lupa... soal-soal kecil juga kadangkala memberi impak besar untuk menyumbangkan sesuatu yang tidak kena dalam kehidupan.
Kecil-kecil dan beransur-ansur

Sekali lagi diingatkan, dalam mencari penyebab-penyebab atau punca-punca masalah, kita jangan hanya bertumpu mencari penyebab-penyebab yang besar.

Sebaliknya carilah penyebab-penyebab yang kecil-kecil. Kita boleh umpamakan diri sebagai seseorang yang sedang berjalan.

Jarang orang terjatuh akibat terlanggar batu-batu besar.

Sebaliknya ramai yang terjatuh apabila terpijak batu-batu kecil, kulit pisang dan sebagainya. Penyebab-penyebab yang kecil sebenarnya boleh memberi 'impak' atau kesan yang beransur-ansur.

Kita mungkin tidak nampak atau tidak perasan pada awalnya, tetapi secara tiba-tiba sahaja keadaan sudah menjadi buruk.

Ingatlah, menyelesaikan masalah harus dilakukan persis bagaimana ia bermula.

Contohnya, berat badan kita tidak menambah 10 kilogram dalam jangka masa sehari dua.

Tetapi ia bertambah sedikit demi sedikit. Maka, untuk mengatasi masalah berat badan itu, tindakan untuk mengurangkannya pun mesti dilakukan secara beransur-ansur.

Adalah mustahil untuk mengubahnya secara mendadak.

Sesuatu yang runtuh secara beransur-ansur perlu dibina secara beransur-ansur juga. Barulah tindakan kita nanti akan berhasil.

Misalnya kita menghadapi masalah bajet yang tersasar daripada apa yang ditetapkan. Kita perlu sedar bahawa kebiasaannya 'terlebih bajet' ini bukanlah disebabkan 'kebocoran' perbelanjaan yang besar-besar.

Sebaliknya ia berpunca daripada sikap tidak mengambil berat perbelanjaan yang kecil-kecil – yakni wang yang kita keluarkan untuk membeli barang-barang yang tidak perlu tetapi murah harganya secara tidak menentu masanya.

Perbuatan inilah yang sebenarnya memberi kesan besar yang buruk kepada bajet kita.

Tawaran harga murah pada sesuatu barang menyebabkan kita mula hilang pertimbangan dan mula membeli bukan atas dasar keperluan, tetapi sebab murahnya barangan itu.

Begitu juga buat remaja yang menghadapi masalah kegemukan. Kegemukan tidak pernah berlaku secara drastik.

Ia berlaku secara beransur-ansur hingga ke satu tahap, barulah kita terkesan bahawa berat badan kita sudah 'over'.

Jangan cuba mengubahnya secara mendadak.

Kita pun mula bersenam secara 'maraton', menjalani skim diet yang terlalu ketat dan macam-macam lagi tindakan yang agresif dan ekstrem.

Apa jadi akhirnya? Kita kecewa, kita mengalah dan akhirnya berputus asa bila melihat kesannya tidak seberapa.

Ya, segalanya perlu diubah secara perlahan-lahan, misalnya dengan mengubah cara pengambilan makanan, menukar kepada menu yang sihat dan bersenam secara ringan tetapi konsisten.

Jangan sekali-kali membiarkan perut kosong pada jangka waktu yang lama, ini akan menyebabkan kita mudah mendapat penyakit ulser atau gastrik pula.

Oleh itu, bertindaklah secara bijak dan beransur-ansur. Ini lebih ringan dan realistik untuk mengubah keadaan! Seperkara lagi ketika hendak memulakan sesuatu proses perubahan, jangan sesekali kita memikirkan kesempurnaan.

Kelak, kita mungkin tidak akan memulakannya langsung. Oleh itu, bermulalah dengan membuat perkara-perkara yang kecil dahulu.

Untuk memperbaharui penampilan diri misalnya, janganlah diharapkan wajah, bentuk dan gaya anda seperti bintang filem dalam masa yang singkat.

Anda akan kecewa jika mengimpikan kesempurnaan yang semacam itu. Sebaliknya, buatlah yang terbaik pada skala diri anda sendiri. Jangan bandingkan kita dengan orang lain secara tidak sihat.

Cuba bayangkan penampilan diri sendiri yang paling bergaya, cantik dan menarik – jadilah anda yang terbaik.

Itu pun secara beransur-ansur. Jangan mengharapkan kesempurnaan, kerana ini akan membantutkan semangat anda untuk menangani masalah penampilan diri itu.

Elakkan daripada cepat berputus asa dan hendak melihat hasil yang segera.

Jangan naik anak-tangga secara berlari. Ada kalanya perubahan yang kita telah berbuat itu sudah pun menunjukkan kesannya, cuma ia belum kelihatan.

Konsep ini sama seperti ketika kita hendak mencairkan air batu dengan cara memanaskannya.

Menurut hukum fizik, sekiranya mula memanaskannya, molekul-molekul air itu sudah pun bergerak.

Tapi sedikit demi sedikit. Pada mulanya ia seakan-akan tidak ada tindak balas tetapi lama kelamaan, air batu tiba-tiba terus retak dan mula mencair.

Ya, barulah kesannya nampak, walaupun sejak mula memanaskannya tadi, sebenarnya itu telah pun memberi kesan, cuma tidak nampak...

Ingat, sikap hendak melihat kesan yang cepat menyebabkan kita mudah kecewa dan patah semangat di sekerat jalan.

Akhirnya, kita perlu sedar, hidup ini bagaikan satu siri gelombang yang datang secara bergilir-gilir.

Ada ketikanya, gelombang kecil dan tenang dan ada ketikanya gelombang itu besar dan ganas.

Pada ketika gelombang itu ganaslah, semuanya terasa serba tidak kena. Tuhan menetapkan bahawa setiap manusia itu tidak akan mendapat kesenangan sahaja atau kesusahan sahaja. Masing-masing daripada kita akan mengalami pasang-surut dalam hidup – ada masa senang, ada masa susah.

Justeru dalam kehidupan ini, kita tidak boleh terlalu gembira kerana selepas kegembiraan itu mungkin muncul kesusahan.

Begitu juga kita tidak boleh terlalu sedih bila kesusahan kerana mungkin selepas itu Allah swt datangkan perkara-perkara yang menggembirakan.

Kesedaran tentang hukum Sunnahtullah ini akan memberi ketenangan dalam hidup.

Apabila kita ditimpa kesusahan, rasakan dalam hari... ya, selepas ini akan datang kesenangan. Sabarlah sebentar.

Dan apabila datang kesedaran, kita tetap tidak alpa... ya, selepas ini akan datang kesusahan.

Bersiap-sedialah. Hakikatnya, tidak ada kesenangan dan kesusahan yang abadi di dunia ini.

Kehidupan adalah satu perubahan yang berterusan...

Cabaran kita bukan untuk mengawal perubahan itu tetapi mengubah diri bagi menyesuaikan diri dalam setiap keadaan yang berubah-ubah itu. Fahamilah hakikat ini.

Bila yang dibuat 'serba tidak kena' itulah hakikatnya satu kehidupan. Hidup bukanlah yang serba kena, serba senang dan serba mudah. Hidup tidak selalu indah, justeru di situlah keindahan hidup!

Wednesday, December 15, 2010

Keutamaan Puasa pada Bulan Muharram

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, dia berkata: Rasulullah bersabda “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam (HR. Muslim)[1]

Hadits yang mulia ini menunjukkan anjuran berpuasa pada bulan Muharram, bahkan puasa di bulan ini lebih utama dibandingkan bulan-bulan lainnya setelah bulan Ramadhan.[2]

Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:

* Puasa yang paling utama dilakukan pada bulan Muharam adalah puasa 'Asyuraa' (puasa pada tanggal 10 Muharam) karena Rasulullah saw melakukannya dan memerintahkan para sahabat radhiallahu'anhum untuk melakukannya [3] dan ketika Beliau saw ditanya tentang keutamaannya, beliau saw bersabda “Puasa ini menggugurkan (dosa-dosa) di tahun yang lalu”[4]
* Lebih utama lagi jika puasa tanggal 10 Muharram didahului dengan puasa tanggal 9 Muharram, dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nashrani, karena Rasulullah saw ketika disampaikan kepada Beliau bahwa tangggal 10 Muharram adalah hari yang diagungkan orang-orang yahudi dan Nashrani, beliau bersabda “Kalau aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram (bersama 10 Muharram) [5]
* Adapun hadits “Berpuasalah pada hari 'Asyuraa' dan selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya”, hadits ini lemah sanadnya dan tidak bisa dijadikan sandaran anjuran puasa pada tanggal 11 Muharram.[6]
* Sebagian ulama ada yang berpendapat dimakruhkannya (tidak disukainya) berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, karena menyerupai orang-orang Yahudi, akan tetapi ulama lain membolehkannya meskipun pahala tidak sesempurna jika digabungkan dengan puasa sehari sebelumnya [7]
* Alasan Rasulullah saw memerintahkan puasa tanggal 10 Muharram adalah karena pada hari itu Allah 'azza wa jalla menyelamatkan Nabi Musa 'alaihissalam dan umatnya, serta menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya. Sebagai ungkapan syukur kepada-Nya, Nabi Musa 'alaihissalam berpuasa pada hari itu. Dan ketika Rasulullah mendengar Yahudi berpuasa pada hari 'Asyuraa' karena alasan itu, maka beliau saw bersabda: “Kita lebih berhak (untuk mengikut) Musa 'alaihissalam dari pada mereka”[8]. Kemudian untuk menyelisih perbuatan orang-orang Yahudi, beliau menganjurkan untuk berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram.[9]


* Hadits ini juga menunjukkan bahwa shalat malam adalah shalat yang paling besar keutamaannya setelah shalat wajib yang lima waktu [10]. Wallahu a'lam


1. HR Muslim
2. Lihat keterangan Syaikh al-Utsaimin dalam Syarhu Riyadhus Shalihin
3. HR. Bukhari dan Muslim
4. HR. Muslim
5. HR. Muslim
6. Bahjatun Nazhirin, Syarhu Riyadhhus Shalihin
7. Lihat keterangan Syaikh al-Utsaimin dalam As-Syarhul Mumti'
8. HR. Bukhari dan Muslim
9. Lihat keterangan Syaikh al-Utsaimin dalam Syarh uRiyadhus Shalihin
10.Lihat keterangan dalam Bahjatun Nazhirin, Syarhu Riyadhhus Shalihin

Tuesday, December 14, 2010

Cerita Pengemis Dan Isteri Cantik

Pada suatu hari, ketika sepasang suami isteri duduk makan. Diruang tamu, datang seorang pengemis berpakaian lusuh meminta belas kasihan mereka. ''Tolonglah Encik ,saya lapar ,sejak semalam tidak menjamah sesuap nasi.''Dengan muka bengis,si suami sambil menjeling isteri yang cantik terus menghalau dan menengking si pengemis itu . Dalam hatinya berkata ''Aku membina perniagaan hingga berjaya bukan untuk orang lain,tapi untuk diri dan keluargaku.'' Si isteri tidak dapat berbuat apa-apa dengan sikap suaminya walaupun dalam hatinya ada niat untuk bersedekah.

Beberapa tahun kemudian, perniagaan si suami jatuh muflis dan dia menjadi miskin. Dia terus menceraikan isterinya kerana tidak mahu isterinya turut menderita sepertinya. Setahun kemudian, isterinya yang masih cantik itu berkahwin pula dengan lelaki lain. Pada suatu hari, sedang si isteri dan suami barunya mengadap makanan, tiba-tiba seorang pengemis mengetuk pintu sambil meminta belas kasihan. Mendengar rayuan pengemis itu, si suami menyuruh isterinya menghidangkan sepinggan nasi berlaukkan seperti yang mereka makan. Setelah memberi sepinggan nasi kepada pengemis, si isteri menangkup muka sambil menangis.

Si isteri mengadu, si pengemis itu sebenarnya adalah bekas suaminya yang dulu pernah menengking seorang pengemis . Suami yang baru itu menjawab dengan tenang : ''Demi ALLAH ,akulah pengemis yang dihalau dan ditengking itu .

RASULULLAH S.A.W Bersabda: ''Sedekah itu dapat menutup 70ribu kejahatan''.

Anas Malik pula meriwayatkan bahawa NABI MUHAMMAD S.A.W ada bersabda yang bermaksud ; ''Barang siapa mempunyai harta, maka bersedekahlah dia dengan kekayaanmu. Barang siapa yang mempunyai ilmu, maka sedekahlah dengan ilmunya dan barang siapa yang mempunyai tenaga bersedekahlah dengan tenaganya''.

p/s: CERITA INI MEMBERI PENGAJARAN BAHAWA HIDUP KITA SEPERTI PUTARAN RODA DAN TIDAK SELALUNYA DI ATAS .ADA MASA DAN KETIKANYA KITA AKAN TURUN DAN KE BAWAH DAN NAIK SEMULA ATAU SEBALIKNYA .

cerita ni ana dpt melalui pembacaan insyaallah pengajara kepada kite sume!!!!!!